HIPOFISASI
AHMAD
HUSEIN
11/313633/PN/12327
A.
TUJUAN
-
Mengetahui arti penting hipofisasi pada
ikan
-
Mengetahui cara melakukan hipofisasi
pada ikan
-
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan hipofisasi
B.
ALAT
DAN BAHAN
Alat: Bahan
-
Pisau atau golok - Ikan mas (Cyprinus carpio)
-
Spuit -
Aquabidest
-
Jarum/tusuk gigi - Kapas
-
Sentrifuge - Alkohol 70%
-
Timbangan
-
Gelas piala
C.
CARA
KERJA
1. Pemilihan
ikan donor
-
Ikan mas (Cyprinus carpio)
-
Indukan jantan dengan bobot 500 gram
2. Pengambilan
kelenjar hipofisa
Kepala ikan dipotong hingga putus
↓
Dihadapkan ke atas, dipotong dari lubang dekat
hidung
↓
Dibersihkan bagian sekitar otak
↓
Diambil kelenjar hipofisa (warna putih) menggunakan
tusuk gigi
↓
Diletakkan pada wadah
3. Pembuatan
ekstrak hipofisa
Diambil hipofisa
↓
Diletakkan pada gelas piala + aquabidest 1 ml,
digerus hingga halus
↓
Disentrifuge secara manual (±10’)
↓
Diambil cairan
4. Penyuntikan
cairan hipofisa
Cairan hipofisa
Disuntikkan pada resipien dengan dosis:
Betina= 0,68 ml
Jantan= 0,27 ml
5. Pengawetan
kelenjar hipofisa
Kelenjar hipofisa (basah)
↓
Direndam dengan alkohol 70% selama 24 jam
D.
HASIL
PENGAMATAN
Ikan donor
|
Berat (gram)
|
Jantan
|
500
|
Betina
|
500
|
Hasil ekstrak
|
Dosis (ml)
|
Jantan
|
0,54
|
Betian
|
0,68
|
Dosis
yang diberikan :
-
Ikan mas jantan = 0,54 x ½ = 0,27 ml
-
Ikan mas betina = 0,68 x 1 = 0,68 ml
E.
PEMBAHASAN
Hipofisa
adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak dalam sela tursica, yaitu sebuah
lekukan dalam tulang stenoid. Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua
kelenjar yaitu kelenjar neuron dan adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar
dari kelenjar dan memiliki tiga ruangan yaitu proximal pars distalis, rostal
pars distalis dan pars intermedia. Hipofisa terletak pada bagian bawah otak dan
menghasilkan hormon GnRH, ACTH, TSH, LH, STH. Prolactin, Vasoprsin dan
Oksitosin (Yushinta, 2004). Secara umum, hormone tersebut berfungsi untuk
mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, reproduksi, tingkah laku dan
haemostatis. Hipofisa dalam menghasilkan gonadotropin dipengaruhi oleh produksi
horman ovarium melalui sistem umpan balik.
Hipofisasi
adalah usaha untuk merangsang ikan yang matang gonad atau terjadi ovulasi atau
pemijahan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa (Susanto, 2001; Fujaya,
2004; Zairin, 2013). Hipofisasi merupakan metode yang praktis dan sederhana,
meskipun potensi gonadotropin dari kelenjar hipofisa yang digunakan sering
tidak dapat atau sulit untuk diukur. Kelenjar hipofisa yang digunakan untuk
hipofisasi dapat berupa kelenjar yang masih segar maupun yang telah diawetkan.
Dalam hopofisasi, bila ikan donor yang digunakan sama dengan resipien maka
hipofisai tersebut dikatakan sebagai hipofisasi secara homoplastik, sedangkan
bila tidak sama dikatakan sebagai hipofisasi heteroplastik (Zairin, 2013).
Pemijahan
ikan secara buatan mulai dikenal sejak tahun 1943 di Brazil dengan teknik
hipofisasi untuk merangsang ovulasi pada indukan betina (Nijmiyati,et al.,
2006). Dalam kegiatan budidaya dan pembenihan ikan, terdapat beberapa jenis
ikan yang tidak mampu memijah secara spontan atau memijah hanya dalam waktu
tertentu saja. Hal ini berkaitan dengan kondisi ikan di dalam kolam budidaya
yang tidak cukup mendapat stimulasi bagi berfungsinya kelenjar endokrin
reproduksi. Ikan-ikan tersebut misalnya patin, lele, bawal air tawar yang
memutuhkan indicator hormone dari LHRH-nya yang secara alami terganggu oleh
mekanisme introduksi budidaya. Dengan demikian teknik hipofisasi dilakukan
dengan tujuan untuk menigkatkan kadar hormone LH pada ikan yang kadarnya tidak
cukup menghasilkan kematangan gonad tingkat akhir dan ovulasi pada betina.
Dengan adanya induksi hormone dalam pemijahan buatan maka proses dari
kematangan gonad akan semamin cepat terjadi.
Berikut
ini adalah beberapa kunci keberhasilan hipofisasi beserta dengan faktor-faktornya
menurut Zairin (2013) :
-
Ikan donor harus benar-benar sehat
sehingga tidak menularkan penyakit
-
Ikan donor harus benar-benar matang
gonad sehingga kandungan gonadotropinnya banyak
-
Ikan donor dan resipien sebaiknya masih
dalam satu keluarga
-
Induk ikan resipien harus benar-benar
matang gonad agar kemungkinan gagal dapat dikurangi
-
Induk yang digunakan harus sehat agar
hormone dapat bekerja dengan baik
-
Induk ikan yang digunakan tidak
mengalami kecacatan agar diperoleh anakan yang bagus
-
Kondisi lingkungan pada saat kawin
suntik harus mendukung
Ø Kandungan
oksigen tinggi
Ø Amoniak
rendah
Ø Suhu
optimum
Bila
dibandingkan dengan metode lain, teknik hipofisasi memiliki kelebihan. Diantara
kelebihan tersebut antara lain yaitu kelenjar hipofisa mudah didapat, dapat
disimpan didalam aseton dingin dan kering beku dan harganya relative murah.
Selain kelebihan yang dimilikinya, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan
yaitu kandungan gonadotropin hipofisa yang digunakan sangat bervariasi dan
tidak dapat diketahui secara pasti sehingga dosis tidak tepat, kerja hormone
sangat spesifik (untuk hipofisasi heteroplastik), kemungkinan adanya efek
imunitas jika induk sering di hipofisasi dan kemungkinan adanya efek samping
karena selain LH dan FSH, hipofisa juga berisi hormone lain seperti Prolactin,
hormone pertumbuhan, TSH, ACTH dan Somatolaktin (Zairin, 2013).
Ikan
mas, Common carp merupakan salah satu komditas perikanan air tawar yang telah
banyak dikembangkan hampir diseluruh kawasan yang diperkirakan 4000 tahun yang
lalu dan beberapa tahun yang lalu dikawasan daratan Eropa (Wohlfart, 1984 dalam
Hulata, 1995). Menurut Maswardi (2000) ikan mas dengan nama latin Cyprinus carpio memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
-
Kingdom :
Animalia
-
Filum :
Chordata
-
Klas :
Pisces
-
Ordo :
Oatariophysi
-
Subordo :
Cyprinodea
-
Family :
Cyprinodae
-
Subfamily : Cyprinae
-
Genus :
Cyprinus
-
Spesies :
Cyprinus carpio Linn
Di
Indonesia, ikan mas dapat hidup di daerah dengan ketinggian hingga 1200 mdpl
dan daerah optimum berkisar antara 150 - 600 m. Induk ikan mas betina mulai
memijah berukuran 1,5 – 3,0 Kg. Ikan mas jantan rata-rata berumur 6 – 8 bulan telah
memproduksi sperma dengan rata-rata jumlah sperma mencapai (1,9 ± 0,2) 1012
ekor spermatozoa/Kg bobot tubuh jantan dan terus akan disimpan dalam testis
sebelum dikeluarkan saat pemijahan (Billard, et al., 1995). Secara singkat,
cirri-ciri ikan mas betina yang siap pijah atau matang gonad adalah pergerakan
ikan lamban, pada malam hari perilaku ikan sering meloncat-loncat keatas
permukaan air, perut membesar/ buncit ke arah belakang, jika diraba terasa
lunak serta lubang anus agak membengkak/ menonjol dan berwarna kemerahan.
Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas jantan yang matang gonad memperlihatkan
gerakan yang lincah dan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) dari lubang
kelamin bila dipijat (Athif, 2011).
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam hipofisasi meliputi :
1. Pemilihan
donor
Ikan
donor merupakan ikan yang nantinya akan diambil kelenjar hipofisanya dan didonorkan
pada ikan resipien. Ikan resipien merupakan ikan yang nantinya akan menerima
suntikan hipofisa dari ikan donor. Pemilihan ikan donor harus mempertimbangkan
ukuran ikan (0,5 kg) dan yang sudah matang gonad, bukan ikan yang baru
dipijahkan serta ikan yang digunakan masih dalam satu famili.
2. Pengambilan
kelenjar hipofisa
Setelah
pemilihan ikan donor, langkah selanjutnya adalah pengambilan kelenjar hipofisa.
Langkah-langkah pengambilan kelenjar hipofisa adalah sebagai berikut yaitu
sampel ikan donor yang telah matang kelamin, tetapi tidak yang baru memijah
atau selesai memijah. Menurut Murtidjo (2001), ikan karper yang sudah matipun
dapat diambil hipofisanya asalkan kematian ikan tesebut tidak lebih dari 5 jam
ataupun masih tergolong dalam ikan yang segar. Selanjutnya ikan donor
diletakkan diatas meja dan dipotong kepalanya persis ditepi operculum ikan,
kemudian kepala ikan yang sudah terpotong diletakkan dengan posisi mulut
menghadap atas. Kepala ikan donor yang
menghadap ke atas tersebut disayat dengan pisau/golok mulai dari dekat hidung
kebawah tengkorak sehingga otak dapat terlihat dengan jelas. Lemak dan darah
yang berada disekitar dan menyelimuti otak disingkirkan dan dibersihkan dengan
menggunakan tissue dan saraf sebelah depan dipotong dengan gunting ataupun
cukup dengan menepikannya saja dan otak ikan diangkat. Kelenjar hipofisa akan
terlihat pada sella tursica seperti biji kemiri berwarna putih dengan ukuran
yang relative kecil. Hipofisa tersebut dapat diambil dengan tusuk gigi dan
diusahakan agar kelenjar hipofisa tersebut tidak pecah. Kelenjar hipofisa yang
sudah diambil kemudian dipisahkan paa wadah yang telah disediakan.
3. Pembuatan
ekstrak hipofisa
Kelenjar
hipofisa yang masih segar dapat langsung digeruskan dengan perangkat berupa
gelas piala, dimana hipofisa 1-2 butir dimasukkan kedalam gelas piala dan
ditambahkan dengan 1 ml aquabidest dan kemudian digerus hingga halus. Jika
proses penggerusan dianggap cukup, gerusan kelenjar hipofisa dipisahkan atau
ditampung pada tabung. Pemindahan kelenjar hipofisa yang telah selesai digerus
dapat dipindahkan dengan menggunakan spuit atau dapat dituang secara langsung. Kelenjar
hipofisa yang ada didalam tabung kemudian digojok atau di sentrifuge secara
manual dalam waktu ± 10 menit supaya terjadi pengendapan jaringan-jaringan yang
kasar. Setelah dilakukan pengendapan sebentar, suspensi yang jernih dan bening
diambil sebagai bahan untuk penyuntikan ikan resipien.
4. Cara
penggunaan suspensi atau penyuntikan
Menurut
Murtidjo (2001), induk ikan betina yang dijadikan sebagai resipien atau yang
akan dibiakkan dengan cara hipofisasi harus sudah matang telur dan untuk ikan
jantan harus sudah matang sperma dan kedua-duanya dalam keadaan yang sehat.
Cairan hipofisa yang sudah disediakan, diambil dengan alat berupa suntik dan
disuntikkan denga dosis masing-masing 0,68 ml untuk indukan betina dan 0,27 ml
untuk indukan jantan. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular yaitu pada
otot punggung atau pangkal ekor. Mula-mula jarum ditusukkan secara perlahan
diantara sisik lalu disuntikkan kedalam otot.
5. Pengawetan
kelenjar hipofisa
Kelenjar
hipofisa yang tidak segera digunakan dapat diawetkan dengan menyimpannya dalam
alkohol 70% yang direndam selama 24 jam. Murtidjo (2001) menambahkan pengawetan
kelenjar hipofisa dapat dilakukan dengan alcohol dan aseton. Caranya, kelenjar
hipofisa disimpan dalam botol kecil berwarna gelap yang telah diisi alkohol dan
diletakkan pada suhu kamar. Penyimpanan kelenjar hipofisa yang dilakukan denga
baik sanggup bertahan dalam waktu sampai 2 tahun, namun sebaiknya sesegeranya
langsung digunakan.
Perkembangan
gamet betina atau disebut juga dengan oogenesis terjadi dalam ovarium.
Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan
kuning telur. Perkembangan gamet betina meliputi tahap-tahap perkembangan telur
(awal pertumbuhan, tahap pembentukan kuning telur, tahap vitellogenesis dan
tahap pematangan) serta ovulasi. Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah
mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya dinding folikel, pada waktu
yang bersamaan sel-sel mikropil yang menutupi lubang mikropil berpisah sehingga
spermatozoa dapat menembus korion setelah telut dikeluarkan/ oviposition.
Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormone
prostaglandin (Yushinta, 2004). Menurut
Goetz (1983 dalam Lam, 1985), prostaglandin mungkin merupakan mediator aksi
gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.
Perkembangan
gamet jantan meliputi spermatogenesis, spermiasi, biokimiawi cairan seminal, motilitas
dan metabolism sperma serta penyimpanan sperma diluar tubuh. Proses spermiasi
berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobules masuk kedalam
saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan
hydrostatik didalam lobul untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli
dan dibawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong kedalam
sistem pengeluaran, disini akan bercampur dengan cairan sperma (milt)
(Yushinta, 2004). Perangsangan perkembangbiakan sperma tidak lepas dari peran
serta hormone androgen, yakni testosterone. Sedangkan testosterone yang
memegang peranan utama pada spermatogenesis dan spermiasi adalah 11-
ketotestosteron (11- KT). 11 KT selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli
sehingga aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan
spermatogenesis (Harder, 1975).
Ovaprim
adalah hormon analog yang mengandung 20 µg analog salmon gonadotrofin releasing
hormon (sGnRH) LHRH, dan 10 µg domperidone yakni sejenis anti dopamin per
milliliter. Ovaprim berfungsi sebagai agen perangsang pemijahan yang dibuat
dari campuran ekstrak kelenjar hipofisa dan hormon mammalian (Nandeesha, et
al., 1990; Zairin, 2006; Fikriadi, et al., 2012). Ovaprim digunakan sebagai
agen perangsang bagi ikan untuk memijah dimana mekanisme kerja ovaprim pada
ikan adalah kandungan GnRH a
akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II.
Sedangkan anti dopamine menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamine yang
memerintahkan pituatari mengentikan sekresi GtH I dan GtH II.
Contoh
dosis penyuntikan ovaprim dalam merangsang pemijahan ikan adalah sebagai
berikut :
Betina
(1 dosis) suntikan
pertama 1/3 dosis
suntikan
kedua 2/3 dosis
Jantan
(½ dosis) sekali
suntuk ½ dosis
Misalkan
ikan yang disuntk adalah ikan patin albino bermata merah. Hormone yang akan
disuntikkan adalah ovaprim dengan dosis 0,75 ml/kg induk. Bobot induk betina 3
kg dan jantan 2 kg. Jumlah ovaprim yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk
suntikkan pertama pada betina
(1/3) x 0,75 ml/kg x 3
kg bobot tubuh betina = 0,75 ml ovaprim.
2. Untuk
suntikkan kedua pada betina
(2/3)
x 0,75 ml/kg x 3 kg bobot tubuh betina = 1,2 ml ovaprim.
3. Untuk
suntikan pada jantan
(1/2)
x 0,75 ml/kg x 2 kg bobot tubuh jantan = 0,75 ml ovaprim.
Berbeda
halnya dengan ikan selais (Ompok rhadhinurus, Ng) penyuntikan ovaprim dengan
dosis 0,3 ml denga waktu laten 6 jam dapat menekan jumlah telur sebanyak 2800
butir. Pertambahan diameter telur, pertambahan kematangan telur mencapai 11,6%
dan meningkatkan nilai indeks ovi somatik (IOS) hingga 14,78% (Fikriadi, et
al., 2012).
Menurut
Zairin (2006), ada beberapa kelebihan dan kelemahan penyuntikan dengan ovaprim,
yaitu:
Kelebihan
-
Merangsang pematangan gonad sebelum
musim pemijahan,
-
Mempersingkat periode pemijahan,
-
Mempertahankan materi genetic, serta
-
Memaksimalkan potensi reproduksi.
Kelemahan
-
Dosis yang digunakan harus banyak, dan
-
Harga relative mahal.
Metode
ovaprim lebih efektif daripada metode hipofisasi karena tidak perlu ikan donor,
potensi ikan resipien tertular penyakit dapat diminimalisasi, potensi atau
keberhasilan besar, akan tetapi tidak seekonomis metode hipofisasi dan dosis
penyuntikan harus banyak pada metode ovaprim.
F.
KESIMPULAN
-
Teknik hipofisasi pada ikan sangatlah
penting dalam proses pembenihan, sehingga dapat menunjang produktivitas
pembenihan.
-
Teknik hipofisasi dapat dilakukan secara
sederhana yaitu pemilihan ikan donor, pengambilan kelenjar hipofisa, pembuatan
ekstrak hipofisa, penyuntikan dan pengawetan.
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
hipofisasi meliputi kesehatan ikan donor dan resipien yang tidak mengalami
kecacatan, masih dalam satu famili, telah matang gonadnya dan kondisi
lingkungan saat proses penyuntikan harus diperhatikan serta kualitas air
seperti kandungan oksigen yang tinggi, kadar ammonia rendah dan suhu yang
optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Athif,
Imadudin. 2011. Peluang Bisnis Budidaya Ikan Mas. STMIK AMIKOM Yogyakarta.
Yogyakarta
Billard,
R., J, Cosson., G, Percec and O. Linhart. 1995. Biology of Sperm and Artifical Reproduction
In Carp. Aquaculture 129: 95-112
Fikriadi,
Edi., Nuraini and Alawi, Hamdan. 2012. The Effect of Ovaprim Doses and Latency
Time on Ovulation of Sheatfish ( Ompok rhadinurus Ng). Faculty of Fishery and
Marine Science. Riau University
Harder,
W. 1975. Anatomy of Fihes Part II. Figures and Plates. E. Schweizerbart’sce
Verlagsbuchhandlung. 132
Hoar
, W. S. 1957. The Endocryne Organs. Academic Press. New York
Hulata,
G. 1995. The Review of Genetic Improvement of Common Carp (Cyprinus carpio) and
The Other Cyprinids By Crossbreeding, Hybridization and Selection. Special
Issue. The Carp. Aquaculture 129: 143-155
Lam,
T. J. 1985. Induced Spawning in Fish. Oceanic Institute and Tungkang Marine
Laboratory. Taiwan
Maswardi,
Ambas. 2000. Perbedaan Antara Betina dan Jantan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
dalam Beberapa Karakter Kuantitatif. Program Studi Ilmu Perairan. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Murtidjo,
B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta
Najmiyati,
E., Lisyastusi, Esi dan Hedianto, Y. E. 2006. Biopotensi Kelenjar Hipofisis
Ikan Patin (Pangasius pangasius) Setelah Penyimpanan Kering Selama 0, 1, 2, 3
dan 4 Bulan. Balai Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Jakarta. Jurnal Teknik Lingkungan Vol.7, No.3, 311-316
Nandeesha,
M.C., Kondapalli G Rao, Rama N Jayanna, Nick C Parker, T.J. Varghese, Perar
Keshavanath, and Handady P.C. S. 1990. Induced Spawning of Indian Major Carps
through Single Aplication of Ovaprim-C. The 2nd Asian Fisheries Forum Society, Manila,
Philippines
Susanto,
H. 2001. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta
Yushinta,
F. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka cipta.
Jakarta
Zairin,
M. 2006. Perkembangan dan Penerapan Bioteknologi Reproduksi Dalam Bidang
Perikanan Indonesia. IPB Press, Bogor.
Zairin,
M. 2013. Kiat Memijahkan Ikan Hias Secara Teratur. Digreat Publishing. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar